Proposalku kepada Allah tentu belum beranjak. Aku tetap berharap Allah membantu aku menyelesaikan segala kerumitan hidupku, dengan caraNya. Aku rindu,hatiku merindui Rasulku. Aku sangat merindu hidup yang tenang berbeda dari hidup yang kujalani sebelumnya. Aku ingin hidup baru ya Rabb-ku.
Detik demi detik jam di dinding, seribu purnama ku lewati.. Sampai kapan aku harus begini, ya Rabb? Bahkan aku tak tahu kapan sinar-Mu datang? Aku tak mungkin berlari, menghalaui takdir-Mu.. Sampai kapan nafas ini masih bertahan menemani?
Aku, hambaMu sungguh merugi. Mengabaikan masaku yang Kau beri. Aku ingin mendekat pada Rasulku pada sisa umurku. Dan kan kuberserah sebagai hambaMu ya Allah. Aku, hambaMu yang penuh dosa tak luput dari kemaksiatan yang saat ini rindu padaMu ya Rabb.. Sungguh, aku bersungguh inginkan hidup yang baru.
Kembali kepada-Nya sebagai hamba yang 'telanjang'. Tak punya apa-apa, tak tahu apa-apa, dan tak mengerti apa-apa. Karenanya, ku mencari ridho-Nya untuk diri ini. Dengan itu, aku belajar, mengenal, memahami, mendalami, mengikut, merindui, mencintai, mendahulukan Allah Ta'ala dan Rasulullah saw. Aku rindu ya Rabb...
Membawa rasa malu, Karena ketelanjanganku dalam mengenal-Nya. Aku berharap hijab Cinta-Nya kan menutupi diri ini. Aku harus memantaskan diriku agar Allah tak sungkan mempercepat pertolongan-Nya.
Tak kala hati ini bahagia, aku lupa pada-Mu, namun kala hati ini risau dan gundah aku datang padaMu begitu saja namun lupa saat bahagia untuk bersyukur. Aku malu. Sungguh.. Ku memohon Allah dalam bantuan-Nya kepadaku, dengan cara-Nya.. Dan disini, aku merasa pengajuan proposal bantuan kepada-Nya ini harus dibersamai dengan usaha menyenangkan Allah, apalagi sebelumnya ku melupakan Rabb ku.
Diibaratkan, bekerja disebuah perusahaan, kemudian mengajukan proposal permohonan bantuan kepada atasan, tentu harus disertai dengan menunjukan sikap-sikap yang baik sebagai karyawan. Mana mungkin atasan akan meloloskan proposal tersebut jika karyawannya tidak bersikap professional dan datang ke kantor terlambat terus? Dan kemudian kewajiban-kewajiban tak dikerjakan? Yaaa gagal sudah proposalnya.
Dan aku sebagai hamba-Nya berkonsentrasi membenahi ibadah-ibadahku. Aku tak mau lagi sombong, pongah, sok tahu, sok kuat, sok bisa. Maka aku Sudah berserah, dan sikapku harus selaras dengan hatiku.
Aku berusaha semampuku, menjaga sikap agar tak menzalimi diri sendiri. Zalim seperti masa sebelumnya. Sebab, pasti sebagai manusia yang lalai ini, akan sering melakukan kezaliman-kezaliman dalam hidup, baik disengaja maupun tidak.
Astagfirullah...